GAZA– Sudah 7.940 warga Palestina tewas akibat serangan Isral ke Gaza. Mayorutas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Kementerian Kesehatan Palestina mengungkap, data korban tersebut diambil dari sumber-sumber di daerah kekuasaan Hamas.
Menurut Kemenkes Palestina, sebanyak 73 persen korban tewas berasal dari populasi rentan, termasuk anak-anak, perempuan, dan orang tua.
Mereka menambahkan bahwa jumlah total korban tewas itu termasuk 116 tenaga kesehatan. Selain itu, 24 rumah sakit, yang memiliki kapasitas 2.000 tempat tidur, telah diinstruksikan untuk mengungsi di bagian utara Gaza.
Sementara ribuan penduduk Gaza disebut masuk ke gudang PBB pada Minggu, 29 Oktober 2023. Mereka mengambil tepung dan barang-barang penting lainnya akibat kelaparan.
Menurut badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA), salah satu gudang, yang terletak di Deir al-Balah di Gaza tengah, adalah tempat UNRWA menyimpan pasokan yang dikirim oleh konvoi kemanusiaan yang menyeberang ke Gaza dari Mesir.
Rekaman dari Khan Younis di Gaza selatan menunjukkan para pria dengan panik membawa kotak-kotak dan tas-tas besar keluar dari gudang. Mereka mengangkatnya ke bahu dibawa dengan sepeda.
“Ini adalah tanda yang mengkhawatirkan bahwa ketertiban sipil mulai rusak setelah tiga minggu perang dan pengepungan ketat di Gaza,” kata Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) dalam sebuah pernyataan.
Juliette Touma, Direktur Komunikasi UNRWA, mengatakan pemandangan di gudang dan pusat distribusi menunjukkan masyarakat yang putus asa. “Ini merupakan indikasi bahwa masyarakat di Gaza telah mencapai titik puncaknya,” katanya.
“Tingkat frustrasi dan keputusasaan sangat tinggi, dan orang-orang berada pada titik terendah dalam hal kesabaran, kemampuan mereka untuk mengambil lebih banyak.”
Pasokan bantuan ke Gaza telah terhenti sejak Israel mulai membombardir daerah kantong Palestina yang berpenduduk padat. Israel melakukan serangan balasan ke Gaza setelah serbuan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Touma mengatakan UNRWA terpaksa mengurangi skala operasi kemanusiaannya di daerah kantong padat penduduk karena tidak dapat mendistribusikan bahan bakar ke beberapa fasilitas medis. Dia mengatakan UNRWA belum menerima pasokan tambahan apa pun pada hari Minggu.
“Persediaan tersebut sangat sedikit dan tidak sesuai dengan besarnya kebutuhan di lapangan,” katanya. “Kami meminta pasokan kemanusiaan yang standar dan teratur, termasuk bahan bakar, dan peningkatan jumlah truk dalam konvoi ini.”
UNRWA mengatakan kemampuannya untuk membantu masyarakat di Gaza telah melemah akibat serangan udara yang menewaskan puluhan stafnya dan membatasi pergerakan pasokan. “Lima puluh sembilan rekan di UNRWA tewas selama perang,” kata Touma.
“Ini hanya jumlah yang dapat diverifikasi dan dikonfirmasi oleh UNRWA. Sayangnya, jumlah rekan kerja yang terbunuh sebenarnya bisa lebih banyak lagi. Kami juga mendapat laporan mengenai orang-orang yang terjebak di bawah reruntuhan.”
Sebelum konflik terjadi, organisasi tersebut telah mengatakan bahwa operasinya terancam karena kekurangan dana. (tmp)
GIPHY App Key not set. Please check settings