in

Panglima TNI Tunjuk Mayjen Tandyo Budi Revita Jadi Pangdam IV/Diponegoro, ini Jejaknya yang Mentereng

JAKARTA – -Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menunjuk Mayjen Tandyo Budi Revita menjadi Pangdam IV/Diponegoro mengantikan Mayjen Widi Prasetijono yang diangkat menjadi Dankodiklatad.

Penunjukan Pangdam IV Dipobegoro bersamaan dengan mutasi Pangdam XIV/Hasanuddin, yang tertuang dalam SK Panglima TNI Nomor Kep/1470/XII/2023 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan Dalam Jabatan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia tertanggal 18 Desember 2023.

Dalam mutasi itu, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto melakukan mutasi terhadap 183 perwira tinggi di lingkungan TNI. Mayjen Tandyo Budi Revita sebelumnya menjabat Kabadiklat Kemhan.

Sementara Pangdam IV/Diponegoro sebelumnya Mayjen Widi Prasetijono diangkat menjadi Dankodiklatad. Jabatan yang ditinggalkan Tandyo kemudian diisi oleh Mayjen Zainul Arifin yang sebelumnya adalah Staf Ahli Menhan Bid Keamanan.

Kemudian Mayjen Bobby Rinal Makmun ditunjuk menjadi Pangdam XIV/Hasanuddin. Bobby sebelumnya adalah Dansecapaad. Pejabat lama yakni Mayjen Totok Imam dimutasi menjadi Direktur Pascasarjana Unhan.

Selain itu Marsdya Donni Ermawan dimutasi dari jabatan Sekjen Kemhan menjadi Pati Mabes TNI AU dalam rangka pensiun.

Laksdya Maman Firmansyah dimutasi dari Wagub Lemhannas menjadi Dankodiklat TNI. Maman bertukar jabatan dengan Letjen Eko Margiyono yang sebelumnya menjabat Dankodiklat TNI.

Sementara Laksda Julius Widjojono dimutasi dari Kapuspen TNI menjadi Staf Khusus KSAL. Penggantinya adalah Brigjen Nugraha Gumilar yang sebelumnya Pa Sahli TK.II KSAD Bid.Kamteror.

Laksma Agus Rustandi dimutasi dari Dansatsiber TNI menjadi Staf Khusus KSAL. Posisinya digantikan Brigjen Ari Yulianto yang sebelumnya Asops Kaskogabwilhan III.

Marsda Donal Kasenda dimutasi Pangkoopsud III menjadi Kas Koopsudnas. Posisinya digantikan Marsma Benny Arfan yang sebelumnya adalah Kapuskersin TNI.

Profil Pangdam Diponegoro

Mayor Jenderal TNI Tandyo Budi Revita resmi menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer IV/Diponegoro, menggantikan Widi Prasetijono. Dilantik pada tanggal 18 Desember 2023, Tandyo Budi Revita kini bertanggung jawab atas keamanan dan pertahanan di wilayah tersebut.

Tandyo Budi Revita lahir pada 21 Februari 1969 di Surakarta, Jawa Tengah. Merupakan alumni Akademi Militer tahun 1991 dan telah mendedikasikan dirinya untuk dinas dalam TNI Angkatan Darat sejak saat itu. Dengan pangkat Mayor Jenderal TNI, Tandyo Budi Revita memiliki pengalaman yang luas dalam bidang Infanteri, terutama dalam Kopassus.

Pendidikan militer yang ditempuh oleh Tandyo Budi Revita mencakup Akademi Militer (1991), Sesarcabif, Dik PARA, Dik PARA Utama, Diklapa I, Diklapa II, Seskoad, Susdanyon, Sesko TNI, dan Lemhannas RI. Sebagai seorang perwira tinggi, dia juga telah terlibat dalam berbagai pertempuran dan konflik, termasuk Operasi Seroja dan Konflik Papua.

Karier Tandyo pernah menjabat Komandan Tim Khusus Combat Intelligence (CI) Yonif Linud 330/Tri Dharma (1995), Danyonif Linud 330/Tri Dharma (2011), Danbrigif Linud 17/Kujang I (2011—2012). Kemudian Asops Kasdam VII/Wirabuana (2014), Danrindam IX/Udayana (2015), lalu Danmentar Akmil (2015).

Kemudian menjabat Danrem 142/Taroada Tarogau[4] (2016), Paban III/Sopsad (2017—2018), Paban III/Latga Sops TNI (2018)
Dir Bela Negara Ditjen Pothan Kemhan (2018—2019). Lalu Dirrah Komhan Ditjen Strahan Kemhan[6] (2019—2021), Kabadiklat Kemhan (2021—2024), dan sekarang Pangdam IV/Diponegoro.

Pimpin Pasukan Tangkap GPK Timor Leste

Operasi Seroja di Timor Timur menjadi satu diantara operasi militer terbesar yang dilakukan oleh Indonesia. Pasukan tempur dari berbagai kesatuan diturunkan di wilayah tersebut.

Satu diantara pasukan yang diterjunkan untuk berperang yakni pasukan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

Sebagai pasukan terlatih yang siap dikirim ke berbagai medan tempur, pasukan Kostrad merupakan pasukan yang kenyang pengalaman.

Salah satu pertempuran yang pernah djalankan oleh para prajurit Kostrad adalah menumpasan Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) di Timor Timur (sekarang Timor Leste).

Tahun 1995 sebuah tim combat intelligent (CI) atau biasa disebut tim khusus dari jajaran Yonif Linud 330/Kostrad diturunkan ke wilayah Timtim.

Tim diberangkatkan dari Jakarta menggunakan KRI Teluk Amboina beranggotakan 15 orang dipimpin Lettu Tandoyo Budi Revita.

Beberapa kontak senjata sempat terjadi, namun belum membuahkan hasil. Lewat bulan ketiga barulah tim menemukan jejak.

Kala itu hari Jumat menjelang siang. Usai beristirahat di pinggir sungai dekat laut di daerah Laga, tiba-tiba tim menemukan jejak bekas orang mengambil air di sungai.

Tim pun dibagi dua kelompok. Kelompok Sanca beranggota 10 orang dipimpin Tandyo bergerak ke depan. Sementara kelompok Cobra beranggota lima orang tetap di basis operasi.

Benar saja, setelah bergerak, tim Sanca menemukan pos musuh, dan tiba-tiba satu tembakan SS-1 meluncur ke arah musuh.

Tim segera berpencar dalam jarak pandang aman bersenjatakan M-16, SS-1, GLM dan granat. Saat itu masing-masing personel membawa tujuh magasen sehingga hanya bisa digunakan untuk pertempuran jangka pendek.

Kopda Syamsul Bahri dan Pratu Ali Fikri melambung ke kiri sambil melancarkan tembakan gencar untuk pembersihan. Benar saja, tiba-tiba tampak sekelebat dua orang berlari.

Satu orang sambil menembakkan senapan M-16 ke atas dan tidak terarah. Tim terus mengejar. Sampailah mereka di pinggir jurang dekat laut. Musuh meloncat ke situ dan bersembunyi di balik batu.

Menghadapi musuh yang telah bersembunyi dan siap melancarkan serangan balasan, tim Kostrad memang harus bertempur dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan.

Tandyo memerintahkan Syamsul dan Ali terjun ke jurang. Sedangkan Pratu Sudarlen diperintah menjaga di bibir jurang dengan senapan siap menyalak.

Tiba-tiba satu musuh berambut kribo menyerang Ali dengan dua kali tembakan, namun tidak mengena. Lalu ia mengarahkan senjata lagi ke Ali yang sudah berada satu meter darinya.

Ali tidak mungkin lolos dari terjangan peluru tapi terus menyerbu maju. Tapi mujur kali ini senjata si rambut kribo ternyata macet.

Syamsul segera menarik Ali dan menembak si rambut kribo dua kali. Tak mau ambil risiko, Syamsul merebut senapan dari tangan musuh.

Lalu ia mundur digantikan Ali Fikri yang memberondongkan tembakan. Keduanya pun kembali ke atas. Pada saat itu, satu orang musuh tampak berlari.

Tanpa pikir panjang, tim menembaknya dan kena. Sementara di rambut kribo masih terus bergerak-gerak. Akhirnya dilemparlah satu granat ke arahnya.

Dia terpental dan tersungkur di bawah pohon asam jawa. Sekujur tubuhnya melepuh terbakar, tapi rambutnya tetap utuh.

Setelah diidentifikasi oleh tim khusus, ia adalah Rodax TT, Komandan Uni Dade Sektor Laga, GPK Tim-tim yang sangat berbahaya dan paling dicari saat itu. (Red)

Written by saf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Hotel Grand Mercure Lampung Masih Buka Lowongan Kerja, ini 9 Posisi yang Dibutuhkan

Tok! Hakim Tolak Gugatan Praperadilan Firli Bahuri