Perempuan Berwajah Dingin di Tangga Rumah Sakit

WAKTU sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB malam. Sudah waktunya untuk pulang. Sebab, Bayu yang terserang penyakit typus harus segera beristirahat.

Bayu adalah sepupu Ana. Dan sudah dua hari dirawat di rumah sakit itu. Rumah sakit terkenal di Kota Bandar Lampung.

Merasa sudah malam, Ana bersama Oni, kakaknya dan Ika, adiknya segera pamit untuk pulang. Mereka berjalan beriringan menuju ke lantai bawah.

Namun ketika akan menuruni tangga, Ana terkesiap. Ada seorang perempuan berambut panjang duduk di tangga. Dan itu bukan manusia.

Perempuan berbaju serba putih itu duduk di tangga paling bawah. Tubuhnya memepet dengan dinding. Wajahnya terus menunduk seperti sedang menatap lantai.

Ana terheran. Sebab, sosok itu tak ada saat ia datang selepas Isya di tangga yang sama.

Meski bukan pertama kali melihat mahluk astral, penampakkan itu tetap membuat Ana merinding. Bulu kuduknya meremang.

Namun ia menepiskan rasa takutnya dan berusaha bersikap wajar, seolah tak melihat ada apa-apa di situ.

Ana  tetap berjalan beriringan dengan Oni dan Ika. Ia menyadari, perubahan sikap dan kepanikan hanya akan membuat hantu itu tahu penampakannya diketahui mata manusia. Dan seperti yang sudah-sudah, mahluk mistis itu biasanya akan menatap wajahnya jika kehadirannya diketahui atau bisa dilihat.

Ana juga tak memberitahu Oni dan Ika yang tak melihat penampakan mahluk tersebut.

Dan ketika berjalan turun itu, sekejap Ana sempat melirik wanita berbaju putih itu. Wajahnya pucat dan dingin. Tak ada ekspresi apa-apa di sana. Ia terus berjalan, tanpa menoleh ke belakang.

Dalam kendaraan, Ana tak dapat melupakan wajah perempuan tadi. Namun ia tetap diam. Barulah ketika mereka sampai di rumah, ia menceritakan penampakan itu pada dua saudarinya.

“Liat gak tadi ada cewek duduk sendirian di tangga,” kata Ana pada Oni dan Ika.

Semua menggeleng. “Berani banget ya duduk sendirian di situ,” canda Ana.

Ika yang mendengar itu antusias agar Ana bercerita. Tapi Ana menolak menceritakannya secara lebih detail. Ia merasa cukup dirinya yang mengetahui hal-hal semacam ini agar kedua saudarinya tak dikungkung rasa takut. (*)