TOYOTA Innova berwarna hitam berplat D itu meluncur kencang dari arah Bandung menuju Jakarta.
Sudah lebih dari sepekan Sari di Kota Kembang, menengok kedua orangtuanya. Sudah waktunya pulang. Selain karena suami hanya sendirian di rumah, usaha laundry yang ada di rumah Lampung juga ikut terbengkalai jika ia terus berlama-lama di Bandung.
Sari memilih berangkat pagi untuk menghindari macet. Di mobil itu ada empat orang. Sari membawa Keanu, anak semata wayangnya. Juga Ida, asisten rumah tangganya yang setia. Mereka dikawal Kentung, sopir pribadi ayahnya yang dianggap sudah seperti keluarga sendiri.
Setelah berjalan lebih dari 1 jam, persis di Km 70, Sari meminta Kentung masuk ke rest area. Banyak minum dan cuaca dingin bikin pipis sulit ditahan. Saat itu memang tengah hujan.
Sari turun sendiri. Setengah berlari ia menuju toilet yang berada di samping Indomart.
Kentung memilih tinggal di mobil menemani Ida dan Keanu yang tengah tertidur.
Letak toilet itu agak unik. Pengunjung harus naiki tangga untuk mencapai kesana. Di samping toilet itu merupakan area gudang penyimpanan barang-barang Indomart.
Sari melihat seorang wanita masuk lebih dulu ke dalam toilet. Wanita itu usianya sekitar 60 tahun dengan gelungan rambut yang agak kuno. Ia memakai baju merah panjang bermotif bunga.
Karena toilet hanya satu, Sari memilih antri. Menunggu wanita itu keluar.
Dan berbarengan dengan Sari, ada dua orang wanita lain yang juga punya hajat sama. Ingin buang air kecil.
Kedua wanita ini juga memilih antri menunggu wanita berbaju merah keluar.
Lima menit berlalu, wanita itu tak juga keluar.
“Lama bener,” batin Sari.
Kegelisahan juga dirasakan oleh dua wanita yang sedang menunggu.
Anehnya, selama wanita itu di dalam, Sari tak mendengar ada suara berisik, kelaziman orang di kamar mandi. Seperti misalnya suara air yang keluar dari kran atau bunyi gayung yang beradu dengan ember. Hening saja.
10 menit berselang, hati bertambah gelisah. Pipis hampir tak dak dapat ditahan. Sementara yang ditunggu tak terlihat tanda-tanda akan keluar.
“Coba dilihat aja Teh, jangan-jangan jatuh atau pingsan,” kata wanita yang sama-sama antri pada Sari.
Ada benarnya juga perkataan perempuan ini. Apalagi yang masuk tadi usianya sudah tidak muda lagi.
Agak sungkan, Sari maju ke depan. Mendorong pintu dengan satu telunjuknya. Nyaris tanpa tenaga.
Pintu pun terbuka. Dan alangkah terkejutnya mereka, karena ternyata tak ada seorang pun di dalam sana.
“Kan mbak lihat ada orang yang masuk ke dalam tadi kan?” kata Sari di tengah rasa kagetnya.
“Iya. Tadi saya juga lihat. Dia pakai baju merah,” jawabnya.
Ketiganya melongo heran. Siapa kira di pagi itu mereka ‘di-prank’ atau dijahili hantu.
Bulu kuduk Sari meremang. Tapi untuk pergi, hasrat untuk buang air kecil sudah tak dapat lagi ditahan.
“Kita gantian aja ya. Pintunya gak usah ditutup. Tapi tolong liatin ya,” kata Sari pada dua wanita itu.
“Iya Teh. Jangan pergi dulu ya. Takut,” kata wanita itu seraya matanya terus menatap ke dalam toilet.
Itu lah kali pertama Sari buang air kecil di bawah kungkungan rasa takut.
Setelah urusan selesai, tanpa banyak berkata, ketiganya bergegas turun berbarengan menuju mobilnya masing-masing.
Sari bergegas masuk mobil. Membuka pintu dan menutupnya rapat.
“Lanjut Tung, barusan Teteh liat Jurik (hantu),” kata Sari ketika berada di dalam.
Kentung melongo. “Pagi-pagi gini ada jurik?” katanya.
Sari lalu menceritakan kejadian mistis yang dialami secara detail pada Kentung. Termasuk bagaimana sosoknya. Wajahnya yang cantik, rambut hingga busananya yang unik dan menarik perhatian.
“Heran euy, ada jurik terang benderang kayak begini,’ ujarnya.
“Kayak gak ada kerjaan ya teh,” timpal Kentung seraya tertawa.
Sari ikut tertawa. Tapi di saat mereka tertawa itu, mereka tidak menyadari jika Ida yang duduk di belakang tiba-tiba senyum menyeringai dengan tatapan mata yang aneh. (ilo)

GIPHY App Key not set. Please check settings