BRIPKA Arhanuddin sama sekali tak berpikir aneh ketika seorang wanita muda melambaikan tangannya di pinggiran jalan trans Sumatera, Lampung Selatan. Padahal waktu itu sudah melewati tengah malam.
Ia santai saja berhenti. Membuka pintu mobil dan kemudian menyuruh wanita itu masuk. “Malam-malam tak ada salahnya menolong orang. Apalagi ini seorang wanita, yang mungkin sedang kesulitan atau mengalami masalah,” batinnya.
Ada wangi menyeruak ketika wanita itu masuk. Wangi bunga. Tapi wanita itu sama sekali tak bicara. Bripka Arhan yang kelelahan usai seharian bekerja di KPPP Bakauheni juga sedang malas untuk banyak bicara.
Dibawanya kendaraan jenis Kijang kapsul itu terus melaju dengan kecepatan sedang. Ia sama sekali mengabaikan wangi yang terus ada sepanjang perjalanan itu.
Tiba di dekat turunan Tarahan Lampung Selatan, wanita itu minta berhenti. Suaranya datar dan dingin. “Berhenti di sini pak..”
Bripka Arhan tak menjawab. Namun ia perlahan mulai menepikan mobilnya.
Beberapa detik setelah ia melajukan mobilnya, ia tersadar jika ia menurunkan seorang wanita di tepi jalan yang sepi. Bagaimana jika ia menjadi korban kejahatan, dirampok atau diperkosa.
Pikiran itu yang kemudian membuat dia kembali menginjak pedal rem. “Mbak!” katanya, ketika membuka pintu.
Tapi wanita yang dipanggil tiba-tiba melayang ke atas. Beriringan dengan suara cekikikan melengking yang langsung membuat bulu kuduk Bripka Arhan meremang.
Tanpa ba-bi-bu, Bripka Arhan mengambil langkah seribu. ia memasuki mobilnya lagi. Dipacunya kendaraan dengan kecepatan tinggi hingga tiba di rumah dengan selamat.
Keesokan pagi, saat membersihkan mobil, Bripka Arhan menemukan sepasang sandal jepit di bawah jok kursi, samping pengemudi. Tempat dimana wanita misterius itu duduk. Ia lupa warnanya. Tapi kondisinya lusuh.
“Apa sandal perempuan semalam?” batinnya.
Ia ambil sandal itu. Ia letakkan di teras rumah. Meski riwayatnya horor, namun entah kenapa ia tak ingin membuangnya.
Ia menyimpan rapat cerita itu. Dan tak pernah sekalipun menceritakan pengalaman horor itu pada isteri dan anak-anaknya.
Dan, entah kebetulan rezekinya sedang moncer atau memang faktor sandal, setelah kejadian itu Bripka Arhan mengaku selalu dinaungi keberuntungan.
Tak sekali dua kali ia selalu menebak jitu angka judi toto gelap (Togel) yang dulu masih tak dilarang oleh pemerintah. Dua angka, bahkan tiga angka. Ratusan ribu hingga jutaan ia dapat dari tebakan nomor itu.
Sampai suatu hari, keberuntungan itu seperti lenyap. Tebakan nomornya pada judi togel tak lagi jitu. Dan ia mengaitkan itu dengan tuah sandal jepit yang ternyata sudah dibuang oleh isterinya. (ilo)

GIPHY App Key not set. Please check settings