in

Tawa Perempuan yang Iringi Melodi Gitar

PAGELARAN musik di Fakultas Ekonomi akan digelar sepekan lagi. Dan Budi punya ‘PR’ untuk segera ‘mendapatkan’ melodi gitar ‘Fade to Black’ milik Metalica. Lagu yang akan dibawakan bersama band-nya di perhelatan tahunan tersebut.

“Besok, kita latihan. Kalo bisa semua sudah kegarap,” kata Eko item, temennya via telpon.

Seperti juga temen band-nya, Budi juga ingin tampil oke. Apalagi perhelatan itu akan banyak ditonton mahasiswi-mahasiswi cantik dari berbagai tingkat. Bahkan dari kampus lain. Kesempatan yang langka untuk ‘unjuk gigi’.

Malam itu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Budi belum berhenti ‘gigih’ mencari melodi dan menghapalnya agar sesuai dengan melodi lagu aslinya. Lagu itu cukup sulit untuk dimainkan dan Budi hampir berhasil menguasainya.

Tapi di saat ia tengah memainkan gitar hitam Yamaha kesayangannya, mendadak telinganya mendengar suara perempuan tertawa cekikikan. Suara itu sepertinya berada di samping kamarnya.

“Aneh. Bagaimana mungkin?”

Kamar Budi sendiri berada di lantai 2. Sangat tinggi dan tanpa teras. Tak mungkin ada manusia yang bisa sampai ke atas kecuali dengan menaiki tangga yang sangat tinggi.

Ia hentikan gitarnya. Bersamaan dengan itu, berhenti pula suara tawa perempuan itu.

Budi sempat ragu. Mungkinkah itu tawa kakak perempuannya yang pulang dari KKN (kuliah kerja nyata). Tapi rasanya tidak. Karena jika pulang, pastilah mereka menghubungi keluarga via telpon.

Setidaknya, jika mereka benar-benar pulang, Budi akan mendengar suara pagar yang berbunyi sangat keras di depan rumah.

Apalagi suara tawa ini agak berbeda dengan tawa perempuan biasa. Mengayun, melengking sangat tinggi. Persis suara tawa kuntilanak yang sering diputar di radio-radio genre misteri.

Budi berusaha cuek. Ia petik lagi tali gitarnya seirama melodi lagu yang tengah dihapalnya.

Namun bersamaan dengan itu, kembali ia mendengar suara tawa perempuan cekikikan di samping kamarnya.

Ia hentikan gitarnya. Dan seperti tadi, suara tawa itu juga ikutan berhenti.

Hingga tiga kali kejadian itu berulang, Budi mulai jengkel. Ia hidupkan lampu tembak yang sudah jauh hari dipasang ayahnya. Lampu yang semula dikhususkan sebagai antisipasi para pencuri yang sering berkeliaran di tempat itu.

Ketika lampu mulai menyorot, barulah setelah itu tidak terdengar lagi suara tawa perempuan mengganggu permainan gitarnya.

Kejadian itu bukanlah kali pertama ia alami selama menempati rumah tersebut. Di rumahnya yang besar, Budi memang beberapa kali mengalami peristiwa mistis.

Beruntung, Budi tidak bermental ‘tempe’. Ia selalu bisa menepiskan rasa takut jika merasakan kehadiran mahluk astral.

‘Masa gua harus keder dengan setan di rumah gua sendiri,” begitu katanya. (ilo)

 

Written by saf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Kampus ‘Parno’, BEM Pindahkan Lokasi Diskusi Publik yang Dihadiri Rocky Gerung ke GSG Pahoman

Arinal Ngamuk Ditanya Soal Proyek Reklamasi Pesisir Bandar Lampung, Tuding Wartawan Ada Kepentingan