BEBERAPA jam lagi harusnya emak menjalani operasi karena ginjalnya yang bermasalah. Segala persiapan bahkan sudah dilakukan medis. Tapi takdir ternyata berkehendak lain. Ia dipanggil keharibaan Yang Maha Kuasa persis menjelang waktu subuh.
‘Innalillahi wainna ilaihi rojiun”.
Seperti juga suaminya, Yati juga sangat bersedih dengan kematian ibu mertuanya itu. Sebab hubungan mereka sangat dekat.
Emak sangat baik dan bijak. Ia memperlakukan menantu seperti anak kandungnya sendiri. Tanpa perbedaan.
“Sudah ajal. Sudah waktunya. Kita harus ikhlaskan,’ kata Rozali, suaminya.
—
Hari-hari berkabung berlalu, dan waktu itu belum genap 40 hari kepergian emak mertua. Dinihari, sekitar pukul 01.00 WIB, ponsel Yati berdering.
Misscall atau dering telpon biasanya jadi kode dari suaminya, sebagai penanda ia pulang dan minta dibukakan pintu.
Ya, belakangan waktu, Rozali, suaminya memang kerap pulang malam. Dan ia selalu berdalih itu urusan pekerjaan.
Dalam kondisi ngantuk, Yati mengangkat telpon itu. Tapi aneh. Suara yang terdengar dari telpon suaminya itu adalah suara perempuan.
“Bukain gerbangnya Yati,” kata perempuan itu.
Yang bikin Yati merinding dan berkeringat dingin, Yati sangat mengenal suara itu. Suara ibu mertua yang belum lama ini meninggal dunia.
Yati buru-buru beranjak dari pembaringannya. Setengah berlari, ia segera membukakan gerbang rumah.
Jika biasanya, ada asisten rumah yang diandalkan untuk membukakan gerbang, tapi sejak dua hari lalu si mbak pamit untuk pulang kampung.
Saking takutnya, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Yati memilih diam dan kemudian berusaha melanjutkan tidur.
Tapi sebelum matanya benar-benar terpejam, ia terus teringat suara ibu mertuanya. Seperti mengaung-ngaung di telinganya.
Keesokan pagi, barulah Yati bertanya pada suaminya soal kejadian semalam.
“Bang, apa tadi malam sempat bicara waktu ditelpon?” kata Yati.
Suaminya menggeleng. “Enggak. Emang kenapa?”
“Semalem itu ada suara. Suara emak. Dia minta saya bukain gerbang,” jawab Yati.
Rozali terkejut. Tapi tak ada satu kata pun keluar dari mulutnya.
Ia terkenang lagi ibunya. Mengenang kasih sayang dan perhatiannya yang begitu besar di saat hidup.
Sebagai anak bungsu, Rozali memang sangat dekat dengan ibunya. Bahkan paling dekat diantara anaknya yang lain. Dan paling disayang. Itu karena Rozali lah yang mengurus segala keperluan ibunya, terutama saat-saat menjelang kepergiannya.
**
Beberapa bulan sebelum kejadian itu, sekitar tahun 2003, Yati juga mengalami peristiwa mistis yang tak kalah seram. Randi, anaknya yang kedua, yang baru dua tahun, mendadak tak mau saat diajak masuk ke rumah.
Jika dibawa masuk, ia selalu menangis dan minta keluar. Segala bujuk rayu dan usaha tak mempan. Tangisan Randi malah semakin menjadi. Yati pun dibuat bingung dengan kelakukan si kecil.
Rumah Yati berada di Perumahan Waykandis. Di tahun itu, perumahan yang berada di Kecamatan Tanjung Senang itu belum banyak penghuni.
Sebagai upaya untuk meredakan tangis, dibawanya Randi keliling komplek. Selama berputar itu, ia memperhatikan sikap si kecil. Tak ada yang aneh. Suhu badannya pun normal. Ia bahkan bisa tertawa seperti hari-hari biasanya.
Lelah berkeliling menggendong si kecil, Yati kembali mencoba membujuk Randi untuk pulang. Tapi setibanya di depan rumah, si bocah kembali bersikap aneh seperti sebelumnya. Menangis, meraung dan menolak diajak masuk.
“Bang, ini aneh. Kenapa Randi gak mau sekali masuk rumah,” kata Yati menelpon Rozali, suaminya.
Di ujung telpon, Rozali pun kebingungan. Ia tak tahu harus bagaimana.
“Coba telpon ibu sama ayah (orangtua Yati). Barangkali ada solusi,” katanya.
Yati menelpon ibunya. Ia ceritakan semua kejadian itu. Dari kedua orangtuanya itu, akhirnya muncul ide untuk memanggil ‘orang pintar’.
—
“Ada mahluk gaib di sini. Anak kecil. Rambutnya juga ikal, seperti anak bapak ibu,” kata si orang pintar usai berkeliling dan masuk rumah.
“Kami harus bagaimana pak?” kata Rozali.
“Gunting semua rambut ikalnya. Biar tidak sama dengan hantu bocah itu. Mungkin karena menganggap mirip, ia terus mengganggu,” pesannya.
Rozali dan Yati langsung melaksanakan perintah itu. Diguntingi semua rambut ikal anak bungsunya itu. Selanjutnya, sang paranormal juga memberi sejumlah bawang putih untuk diletakkan di pintu rumah.
Sebelum meninggalkan rumah, si orang pintar ini pun bercerita jika ada ‘penghuni lain’ di dalam rumah mereka.
“Wujudnya nenek-nenek. Ia berada di kamar mandi,” katanya.
Yati terkejut. Sementara Rozali terdiam mendengar penuturan itu. Tak memberi komentar apa-apa.
“Mengganggu gak pak?” kata Yati.
“Enggak. Dia cuma ada di situ. Tapi tidak menganggu,” katanya lagi.
Di perjalanan pulang selepas mengantar si orang pintar, Rozali mengakui jika perasaannya selalu tak enak jika memasuki kamar mandi itu.
“Pantesan abang gak pernah makai kamar mandi itu ya,” kata Yati. (ilo)
GIPHY App Key not set. Please check settings