in

Tenung dari Pengusaha Hotel Berbintang

PAK MAJA terperanjat ngeri saat matanya melihat seekor ular cobra besar di dalam rumahnya. Hewan melata itu panjangnya seukuran tangan pria dewasa.

Tapi ular yang dilihatnya itu berbeda dengan ular pada umumnya. Hewan berbisa dan mematikan itu memiliki kepala yang sangat aneh. Bentuknya lancip layaknya segitiga. Dan sungguh, itu sebuah perwujudan yang sangat tidak lazim.

Yang membuatnya lebih bergidik ngeri, ular itu tak berada dalam posisi yang normal. Tubuhnya melingkar membentuk huruf ‘O’ dan menempel di dinding tengah ruang tamu.

Tanpa berpikir panjang, Pak Maja segera berlari keluar meminta pertolongan. Namun saat ia kembali dengan dua orang tetangganya, ular itu tak ada lagi. Menghilang tanpa jejak.

Pak Maja bingung. “Bagaimana mungkin?”.

“Coba kita cari,” kata Dadang,  tetangganya.

Dadang tahu betul Pak Maja bukanlah pembohong. Kecil kemungkinan ia berhalusinasi. Belasan tahun bertetangga, ia mengenal pensiunan PNS itu sebagai orang yang jujur dan sangat taat beragama.  Dan meski sudah tua, namun ia sangat yakin Pak Maja masih memiliki mata yang cukup awas untuk melihat sesuatu yang hanya beberapa meter di depannya.

Bertiga dengan anak Pak Dadang, mereka membongkar seluruh tempat. Kamar tidur hingga gudang. Namun hampir satu jam mencari, mereka tak juga menemukan hewan itu. Hilang seperti di telan bumi.

“Apa bapak menginap saja di rumah saya dulu. Mana tau ular itu masih di rumah,” kata Dadang pada Pak Maja.

“Tak usah. Terimakasih. Pastikan saja di kamar aman. Insya Allah, baik-baik saja,” katanya.

Dan sepulangnya Dadang bersama anaknya, Pak Maja merenung. Ia mulai curiga. Apalagi  ular itu bukanlah hewan pertama yang muncul di rumahnya sejak beberapa waktu terakhir.

Dimulai ketika ia menemukan seekor kelabang sepanjang jari tengah manusia dewasa berada di atas kasur tempat tidurnya. Dan lalu kemunculan seekor kadal besar di depan rumah beberapa hari setelahnya.

Penampakan hewan-hewan itu membuat Pak Maja berkeyakinan ia sedang ‘dijahili’. Seseorang sepertinya tengah menterornya.

“Siapa? Apakah ini berhubungan dengan penolakan itu?” batinnya.

**

Pak Maja adalah pensiunan PNS. Dan ia hidup sendiri. Sejak belasan tahun lalu, isterinya pergi tanpa memberikan keturunan.

Suatu hari, sekitar tahun 2018, sejumlah pria datang ke rumahnya dengan penawaran akan membeli rumahnya.

Para pria itu mengatakan, kawasan itu akan dibangun hotel bintang bertaraf internasional dan membutuhkan lahan yang sangat luas. Dan rumah Pak Maja ada dalam target yang akan dibeli.

Pak Maja oke saja menjual rumah yang sudah puluhan tahun ditempatinya itu. Tapi tentu dengan harga yang pantas.

Dan setelah melakukan kalkulasi berdasarkan nilai jual objek tanah, Pak Maja pun mengajukan harga Rp8 miliar. Harga yang menurutnya sangat wajar, mengingat lahan yang cukup luas dan berada di lokasi sangat strategis di pusat kota.

Tapi sejumlah pria perwakilan dari perusahaan itu tampaknya menilai angka itu terlalu tinggi. Mereka hanya bersedia membeli rumah Pak Maja di angka Rp1 miliar.

Pak Maja menolak. Angka itu terlalu rendah dan sangat merugikan dirinya.

“Penawaran saya wajar. Tapi penawaran mereka sangat kurang ajar,” kata Pak Maja pada Dadang yang dianggap seperti saudaranya sendiri.

Pihak perusahaan beberapa kali kembali mendatangi. Berharap Pak Maja mau menerima tawaran mereka. Namun, selama bertahun-tahun berikutnya, hingga pembangunan hotel mulai dilakukan, Pak Maja tetap bersikukuh dengan penawarannya.

Teror Ular hingga Penyakit

Dan setelah itu, dalam dua tahun terakhir pasca negosiasi berakhir mentok, Pak Maja mulai mengalami peristiwa-peristiwa aneh di rumahnya.

Hewan-hewan aneh muncul secara berkala dan masif. Padahal, sejak puluhan tahun menetap di rumah itu, ia bahkan tak pernah sekalipun mengalami peristiwa di luar akal sehatnya.

Dan ternyata, teror diduga akibat penolakan jual rumah itu tak cuma sebatas kemunculan hewan menyeramkan. Pak Maja juga mulai dibuat sakit.

Rasa sakit itu muncul di bagian kaki. Setiap kali akan berjalan, ia merasa kedua kakinya diganduli benda yang sangat berat hingga membuatnya sulit melangkah.

“Barangkali asam urat Pak,” kata Dadang. “Namanya sudah tua,” katanya lagi.

Pak Maja pun awalnya berpikir seperti itu. Dan ia mulai rutin berobat. Dari satu dokter ke dokter spesialis lain dikunjungi. Termasuk juga terapi. Tapi penyakit tak juga kunjung sembuh.

Dari rekam jejak seluruh analisa medis, Pak Maja harusnya baik-baik saja. Tapi sebab apa yang membuat kakinya sakit dan sulit berjalan, ini yang tak bisa dijelaskan oleh ahli.

Pak Maja mulai putus asa dengan pengobatan ilmiah. Ia mulai mencari tahu kemungkinan penyakit itu ‘dibuat’ oleh seseorang yang ingin mencelakainya.

Didatanginya seorang teman yang paham.

“Memang sepertinya dibuat oleh orang Pak. Sangat ahli dan jauh,” katanya.

Pak Maja bingung. “Jauh bagaimana maksudnya?” katanya.

“Jika saya tak salah, ini dibikin orang India. Diminta oleh seseorang yang ingin membuat bapak celaka,” jawabnya.

Pak Maja tercenung. Bingung harus berkata apa.

“Apa yang harus saya perbuat?” katanya.

Temannya itu menganjurkan pengobatan. Tapi anjuran itu tak sepenuhnya diterima di hati kecilnya. Ia khawatir orang yang mengobati tak sepenuhnya berpijak pada ajaran Tuhan.

Sejak kecil, Pak Maja tak terbiasa dengan hal mistik. Namun serangkaian kejadian aneh yang dialaminya juga bukan halusinasi.

Hingga saat ini, awal November 2023, di tengah upaya mencari orang yang tepat untuk mengobati tubuhnya, Pak Maja memasrahkan takdir hidupnya pada Yang Kuasa.

Dengan selalu mengingat-Nya, ia menepiskan rasa takutnya. Berkeyakinan jika bukan kehendak Allah, maka yang jahat itu tak akan bisa membuatnya mati. (ilo)

 

 

 

 

 

 

Written by saf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Bidhumas Polda Lampung Raih Penghargaan Pengelolaan Website TBNews Terbaik

Laporan Dinilai Sampah, Direktur GACD Sarankan Pimpinan KPK Firli Bahuri Polisikan Pelapornya di Polda Metro Jaya