in

Teror Sosok Penuh Luka di Ruangan Rumah Sakit

foto ilustrasi (okezone.com)

BAU anyir menyengat tercium saat Sari masuk ke dalam salah satu ruang perawatan rumah sakit swasta terkenal di Kota Bandar Lampung.

Bukan cuma Sari yang mencium bau itu. Fredi, suaminya juga mencium bau yang sama. Bau yang sulit dideskprisikan. Tapi sangat tidak membuat nyaman. Anehnya, beberapa orang yang juga berada di dalam ruangan, pasien dan keluarga yang menunggu, seperti santai saja, seolah tak mencium apa-apa.

Siang itu, Sari menemani Fredi yang akan menjalani operasi batu ginjal yang kedua, pencabutan selang. Dan perawat menempatkan mereka di ruang itu sebelum menjalani operasi di keesokan harinya.

Gelagat keanehan awal soal bau itu semula tak mau dipikirkan oleh Sari. Sebab, barangkali saja bau itu keluar dari kamar mandi akibat pipis atau buang air besar dari mereka yang ada di ruangan itu.

Itulah makanya, seusai membereskan tempat tidur dan perlengkapan menginap, Sari kemudian sedikit melakukan bersih-bersih dan menyiram toilet. Berharap bau busuk itu segera hilang.

Di ruangan itu ada empat tempat tidur. Fredi menempati ranjang nomor dua dari pintu masuk.  Selain Fredi, ada dua lagi pasien di ruang itu. Dan masing-masing ditunggui oleh kerabatnya.

Tapi menjelang sore, dua pasien itu diperbolehkan pulang oleh dokter. Walhasil, hanya Sari dan Fredi yang tertinggal di kamar itu.

Sari kemudian membentangkan ambal, karpet yang terbuat dari plastik. Dan mulai duduk berselonjor kaki. Tapi belum lama duduk, bunyi yang keluar dari perutnya membuatnya sadar jika sedari siang ia belum makan apa-apa.

“Pak, abis magrib, ibu cari makan di luar dulu ya. Kayaknya gak ada yang ngirim kita makanan malam ini,” katanya.

Fredi mengangguk. Dan kemudian melanjutkan tidur.

Selepas Magrib, Sari pun mencari makan di luaran rumah sakit. Tapi entah kenapa, selama berada di luar itu, perasaannya sangat tidak enak. Ia ingin segera cepat-cepat kembali ke dalam ruangan.

Ia percepat langkah menuju ruangan. Dan ketika membuka pintu, ia melihat wajah Fredi sangat pucat pasi. Ia seperti habis melihat sesuatu.

“Kenapa lama sekali bu?” katanya tanpa bercerita sebab kenapa wajahnya bisa sepucat itu.

Sari diam saja. Tapi ia tak bertanya lebih jauh tentang kondisi suaminya.

Ia buka bungkus nasi yang dibawanya dari luar dan mulai menyantapnya. Tapi baru beberapa suap, selera makannya mendadak hilang. Hidungnya kembali mencium bau busuk. Sangat keras. Bahkan mengalahkan aroma nasi padang yang ada didepannya.

Sari tak melanjutkan makannya. Segera dibungkusnya lagi, dan dimasukkan ke kotak sampah di depan ruangan. Sementara Fredi tetap terlihat tidur di atas ranjang.

Sari kembali duduk di karpet ambal. Buka ponsel dan mulai membaca pesan whatsapp.

Beberapa menit melihat-lihat gawainya, Sari mencoba rebahan dan tidur. Sesungguhnya, ia juga sedang tidak enak badan. Tapi karena tak ada orang yang bisa menemani suaminya, ia memaksakan diri untuk berangkat.

Tapi entah kenapa matanya sangat sulit dipejamkan. Hidungnya terus mencium bau busuk. Dan anehnya, bau itu seolah berjalan, dari kamar mandi menuju jendela pintu keluar. Kemudian kembali lagi, dari jendela menuju kamar mandi. Bolak balik seperti itu, berulangkali.

Sekitar pukul 20.00 WIB malam, Fredi terbangun, ingin buang air kecil. Ia minta Sari menemaninya ke kamar mandi. Pelan-pelan Sari menuntunnya. Namun, ketika mereka akan masuk, mendadak Fredi terkulai seperti akan pingsan.

‘Eh, pak…kenapa?” kata Sari.

Sekuat tenaga Sari menopang tubuhnya, dan membawanya kembali ke tempat tidur.

“Seperti ada yang menabrak (tubuhku) tadi,’ kata Fredi setelah rebah di pembaringan.

“Aku panggilkan perawat ya?” katanya. “Gak usah,” jawab Fredi.

Entah kenapa, saat itu Sari juga merasa ada mahluk berdiri di samping tempat tidur suaminya. Dan ia menceritakan itu pada Fredi.

“Kok aku ngerasa ada yang berdiri di sampingmu ya Pak. Perasaanku gak enak,” katanya.

Mendengar ucapan isterinya, barulah Fredi bercerita kejadian horor, saat Sari keluar membeli makan.

“Tadi ada suara orang meraung kesakitan di samping (ranjang). Aku lihat seorang laki-laki seperti mengalami luka bakar yang sangat parah. Dan baunya sangat busuk,” kata Fredi.

“Tapi (penampakan itu) tidak lama. (Pria itu) hilang tak lama sebelum ibu masuk,” jelasnya lagi.

Mendengar cerita suaminya, Sari tambah bergidik ngeri. Ia berpikir tak mungkin menghabiskan malam di ruangan itu. Di ruangan berhantu yang selalu menteror dengan aromanya yang busuk dan penampakannya yang menyeramkan.

“Apa tidak sebaiknya kita pindah Pak?” katanya.

Fredi mengangguk setuju. Dan Sari kemudian bergegas menuju ruang perawat. Minta Perawat memindahkan mereka ke ruangan lain malam itu juga.

Perawat yang tak mau repot, awalnya menolak. Tapi Sari tetap bersikukuh minta pindah. Ia kemudian menceritakan kejadian mistis itu secara detail pada para perawat.

Perawat pun luluh dan mulai mencari ruangan. Namun mereka meminta Sari dan suaminya tidak menceritakan kepada siapapun soal kejadian tersebut.

Kepada Sari, salah seorang perawat perempuan mengakui jika ruangan itu horor. Tak sedikit pasien yang pernah dirawat di sana mengalami kejadian-kejadian aneh dan menyeramkan.

Sari kemudian berkemas, Tapi saat bersiap-siap pindah itu, Sari merasa ada sosok yang selalu memperhatikannya. Samar sekali, Sari melihat penampakan mahluk tersebut.

Seorang pria muda. Usianya antara 30 hingga 40 tahun.  Kadang ia berdiri, lalu duduk. Kemudian berjalan berpindah-pindah tempat.

Dan sosok itu terus menatap tajam ketika Sari dan Fredi meninggalkan ruangan. Sari yang merasa diamati tak berhenti membaca ayat suci Alquran dalam hatinya. Berharap mahluk itu tak terus mengganggunya ketika mereka pindah ke ruangan lain.

Dan ketika pindah ke ruangan lain, barulah Sari dan Fredi bisa tidur lebih nyenyak. Tak ada lagi bau busuk itu. Tak ada lagi sosok penampakan yang mengganggu mereka. (ilo)

 

 

 

Written by saf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

GIPHY App Key not set. Please check settings

Dirudapaksa Kakek-kakek, Pelajar Hamil dan Dikeluarkan dari Sekolah

Wow, Jusuf Kalla Sebut Jadi Ketum Parpol Perlu Modal Sampai Rp600 M