TIKA cukup senang saat ia mendapat kepastian tempat praktek kerja lapangan (PKL) di hotel xx. Hotel yang baru setahun beroperasi di kotanya itu punya gedung yang bagus, view yang estetik dan tentu sangat berkelas.
Dari sekolah, ada enam nama yang disetujui PKL di hotel xx. Selain Tika, ada Leni, Sofya, Nia, Eli, Endang dan Diana. Kesemuanya perempuan. Dan sesuai tugasnya, mereka ditempatkan sesuai job pilihan masing-masing.
“Alhamdulillah. Kapan mulai?” kata Papa saat Tika memberitahunya.
“Senin pah. Katanya nanti akan dibagi dua shif. Tapi untuk hari pertama, semua akan datang pagi,” jawabnya.
“Hati-hati. Pintar-pintar membawa diri. Di hotel ada banyak orang dengan kelakuan yang bermacam-macam pula. Tidak semua orang yang terlihat baik, punya prilaku yang baik. Telaah lah dengan bijak,” pesan papa waktu itu.
Tika mengangguk meski ia belum sepenuhnya memahami kata-kata bijak papah nya itu.
‘Iya pah. Tika akan jaga diri,” katanya.
Hari Senin pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, keenam siswi sekolah kejuruan itu sudah berkumpul dan briefing bersama bagian HRD hotel, Mbak Wulan.
Wanita itu terlihat ramah dan hangat. Namun sorot mata dan rahangnya jelas menampakkan ketegasan sikapnya.
“Kalian nyaman saja PKL di sini ya.Hari ini biar bersama-sama dulu. Tapi mulai besok, akan dibagi dua shif, sesuai dengan tugasnya masing-masing. Yang receptionist, waiters atau housekeeping dibagi dua,” katanya.
Meski masih PKL, Wulan meminta semua siswi disiplin dan menjaga etika, khususnya pada tamu hotel. Ia tak mentolerir jika ada siswi berprilaku buruk.
Di hari itu, keenam siswi PKL sempat berkeliling melihat-lihat. Dan Tika merasakan aura yang aneh saat berada di dalam aula. Ruangan itu dirasa Tika berbeda dengan ruangan lainnya di hotel itu.
“Heh, kenapa lu?” kata Leni saat melihat teman karibnya itu seperti agak melamun.
“Nggak tau nih. Mungkin agak kurang enak badan aja,” katanya.
Setelah berkeliling, HRD juga mengenalkan para siswi dengan sejumlah karyawan hotel. Tika yang bertugas di bagian waiters kemudian mengenal Danu dan Heri.
Khusus Danu, Tika merasa ada sesuatu yang berbeda dari pria ini. Meski wajahnya ganteng dengan kulit putih bersih, tapi tatapan mata pria ini sangat menyorot saat berkenalan dengan Tika. Tatapan yang aneh.
**
Tika cukup menikmati hari-hari praktek kerja di hotel xx. Semua karyawan bersikap baik dan sopan.
Sebagai waiters, Tika cukup enjoy menjalani tugasnya. Namun, jika tak terlalu penting, ia berupaya menghindari dua tempat di hotel itu.
Yang pertama, Aula. Kenapa? Sebab, feelingnya selalu merasa tidak enak jika masuk ke dalam tempat itu. Selain itu, Tika juga merasakan aura yang berbeda jika melewati satu kamar di lantai III. Dadanya selalu berdesir dan bulu kuduknya meremang tanpa sebab.
Dan setelah hampir setengah bulan PKL di sana, satu hal yang mengundang tanda tanyanya adalah kenyataan bahwa tak pernah sekalipun ada tamu masuk kamar itu.
Sore hari, selepas ashar, di saat Tika melamun memikirkan keanehan kamar misteri, tiba-tiba satu tangan mengamit pundaknya dari belakang.
“Heh?” katanya.
‘Ah mas Danu bikin kaget aja,” ujar Tika.
“Kok keliatan lagi ngelamun. Kamu lagi mikirin apa?” katanya.
“Gak kok mas. Lagi gak mikirin apa-apa,” jawab Tika.
Sekilas Tika kembali melihat pandangan mata laki-laki itu menyorot tajam. Tapi ia kemudian tersenyum.
“Ada yang order makanan. Mau gak nganter ke atas,” katanya.
“Sudah siap makanannya mas?” jawab Tika
“Ini…,” katanya sambil menyodorkan troli berisi makanan dan minuman.
“Hati-hati ya” katanya.
“Oke mas,”.
Santai saja Tika mendorong troli makanan menuju kamar yang dituju. Kamar itu ada di lantai kedua. Paling pojok.
Diketuknya pintu.
Menunggu agak lama, pintu tak juga dibuka.
“tok..tok..” diketuknya lagi pintu.
‘Yaaa…’ sahut seorang pria di dalam kamar.
Seorang pria muda tampan dengan pakaian lengkap membuka pintu.
Namun, bukan pria tampan itu yang membuat jantung Tika serasa berhenti berdetak. Beberapa detik, ia terpaku melihat pemandangan yang terhampar di dalam kamar saat si pria tampan membuka pintu. Aneh, ia terkesan membiarkan Tika melihat pemandangan itu.
Di atas pembaringan, Tika melihat seorang pria dan wanita tengah bergumul memacu birahi. Sang wanita yang tanpa busana tengah berada di atas tubuh pria yang juga tanpa pakaian.
Keterkejutan Tika bertambah semakin menjadi-jadi karena faktanya ia mengenal wanita itu.
Dan perempuan berkulit hitam manis itu juga langsung menutupi wajahnya dengan selimut saat beradu pandang dengan Tika yang berdiri di depan pintu.
Tika melongo. Tak tahu berbuat apa. Tapi ia langsung menguasai perasaannya.
“Ini ya makanannya ya mas,” kata Tika seraya langsung ngeloyor pergi. Ia tak menghiraukan pria tampan yang melihatnya dengan senyuman aneh.
*

GIPHY App Key not set. Please check settings