HARI ini tak ada kuliah. Tugas pun sedang kosong. Mengisi kelapangan waktunya, ia mulai beralih ke ponsel almarhumah mamanya. Mengotak-atik isi dalamnya. Berharap menemukan sesuatu yang bisa memberi petunjuk atas misteri pembunuhan mamanya.
Yang ia heran, sama sekali tak ada jejak percakapan di ponsel itu. Tapi itu bukan dihapus seseorang. Yang ia tahu, mama memang selalu men-delete jejak riwayat percakapan. Baik pesan maupun telpon. Bahkan walau dari suami dan anaknya sendiri.
Satu yang tersisa di pesan memo, hanya tertulis, “j.mangga 431”.
Seringkali ia berpikir tentang tulisan. Mencoba menebak-nebak apa maksudnya. Dan misteri itu hanya diketahui oleh mamanya yang kini sudah tak ada lagi.
***
Waktu masih menunjukkan pukul 10.00 WIB. Belum terlalu siang, tapi perut Rindu sudah terasa sangat lapar. Pagi tadi ia tak sempat sarapan. Ia kesiangan bangun karena harus mengerjakan tugas hingga larut dan terburu-buru berangkat ke kampus di pagi harinya agar tak ketinggalan jam kuliah.
“Main ke rumah aja yuk?” katanya pada tiga temannya, Ratih, Ayu dan Wahyu.
“Kayaknya gak jelas ini, Pak Thomas bakal ngasih kuliah atau gak nih,” lanjutnya.
“Wih, ide bagus tuh. Apalagi kalo pake acara makan-makan,” celetuk Wahyu yang berbadan besar.
“Dasar gembul. Otaknya makan aja. Siapa yang masak di rumah Rindu dodol..,” kata Ratih.
Wahyu tergelak. “Oh iya ya,” katanya sambil menepuk jidat.
“Gak usah khawatir. Sudah ada embak di rumah. Jago masak lagi. Mudahan dia sudah prepare nasi dan lauk yang banyak. Untuk sesajen temen kita yang doyan makan ini,” kata Rindu seraya matanya melirik pada Wahyu.
Wahyu terlihat senyum-senyum mendengar ucapan itu. Ayu yang pendiam ikut juga tertawa mendengarnya.
**
Dengan motor, mereka berangkat ke rumah Rindu yang hanya berjarak 5 menit dari kampus.
Sampai di rumah, Rindu mendapati motor paman Ganjar berada di depan. Sudah lama sekali pamannya itu tak datang sejak kematian mama.
Tapi kok aneh, kenapa pintu dalam kondisi tertutup.
“Bukankah seharusnya pintu terbuka jika ada tamu pria datang, karena di dalamnya hanya ada seorang perempuan,” batin Rindu.
Belum lagi Rindu masuk, terdengar jeritan dari dalam. Teriakan suara perempuan.
Rindu bergegas masuk pagar. Begitu juga Wahyu. Tanpa mengetuk, mereka langsung membuka pintu. Dan saat pintu dibuka, Rindu kembali melihat peristiwa mengerikan terjadi di rumahnya.
Ia melihat pamannya memegang pisau terhunus. Sementara Mbak Win tergeletak di depannya.
Paman Ganjar terlihat kaget melihat kehadiran Rindu dan teman-temannya. Ia melompat keluar, melarikan diri.
Dan Rindu sempat melihat mata pamannya.
Mata yang biasanya bersahabat dan hangat itu menyorot seperti memendam kebencian dan kemarahan yang amat sangat.
Paman Ganjar melompat keluar. Melarikan diri melewati pintu samping dan melompat pagar. Pagar yang tinggi seleher orang dewasa itu terlihat mudah saja dilompatinya. Ia bahkan meninggalkan motornya di lokasi.
Tanpa rasa takut, Rindu mendekati Mbak Win. Berusaha menolongnya. Wanita itu masih hidup. Tapi itu lama.
Terlalu banyak darah keluar dari tubuhnya akibat hujaman senjata tajam. Dan wanita itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. (bersambung)

GIPHY App Key not set. Please check settings